Haruskah saya memulai skrining kanker kolorektal pada usia 45?

Bagikan Posting Ini

A new study reported at the European Digestive Disease Week (UEG) shows that regardless of family history, colorectal cancer screening has doubled since the age of 45 rather than 50. (UEG 2017)

Para peneliti menunjukkan bahwa populasi umum program skrining kolonoskopi merekomendasikan skrining untuk orang yang berusia di atas 50 tahun, tetapi insiden kanker kolorektal di bawah usia 50 tahun telah meningkat.

Studi prospektif ini mengevaluasi 6027 kasus kolonoskopi. Tingkat deteksi polip, adenoma, polip besar dan kanker masing-masing adalah 34.0%, 32.0%, 8.0% dan 3.6%. Salah satu temuan penting dari penelitian ini adalah bahwa ketika risiko adenoma dan deteksi kanker dianalisis oleh kelompok usia yang berbeda, angka deteksi orang di bawah 30 tahun sangat rendah, dan relatif rendah sebelum usia 45 tahun. Ada peningkatan yang sangat signifikan.

Tingkat deteksi polip rata-rata dari 4438 pasien berusia di atas 50 tahun adalah lebih dari 35%, dan tingkat deteksi kanker melebihi 5%. Tingkat deteksi polip rata-rata dari 515 pasien berusia 45-49 tahun adalah 26%, dan tingkat deteksi kanker hampir 4%. Tingkat deteksi 1076 subjek ≤44 tahun sangat rendah. Bahkan setelah mengecualikan populasi berisiko tinggi dengan riwayat keluarga, tingkat deteksi polip atau kanker masih tinggi di antara orang yang berusia 45 hingga 49 tahun.

The researchers believe that the research population is a real practice population, so the research conclusions are applicable to the general screening population. 50-year-old should not be used as the starting age for screening, and Kanker kolorektal screening should be started from 45-year-old to better prevent colorectal cancer. The results of the study suggest that, even if there is no family history, the risk of disease will increase greatly after the age of 45, which is more critical. 

Berlangganan newsletter kami

Dapatkan pembaruan dan jangan pernah melewatkan blog dari Cancerfax

Lebih Banyak Untuk Dijelajahi

Terapi Sel CAR T Berbasis Manusia: Terobosan dan Tantangan
Terapi CAR T-Cell

Terapi Sel T CAR Berbasis Manusia: Terobosan dan Tantangan

Terapi sel T CAR berbasis manusia merevolusi pengobatan kanker dengan memodifikasi sel kekebalan pasien secara genetik untuk menargetkan dan menghancurkan sel kanker. Dengan memanfaatkan kekuatan sistem kekebalan tubuh, terapi ini menawarkan perawatan yang ampuh dan dipersonalisasi dengan potensi remisi jangka panjang pada berbagai jenis kanker.

Pengertian Sindrom Pelepasan Sitokin: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya
Terapi CAR T-Cell

Pengertian Sindrom Pelepasan Sitokin: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Sindrom Pelepasan Sitokin (CRS) adalah reaksi sistem kekebalan yang sering dipicu oleh pengobatan tertentu seperti imunoterapi atau terapi sel CAR-T. Penyakit ini melibatkan pelepasan sitokin yang berlebihan, menyebabkan gejala mulai dari demam dan kelelahan hingga komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa seperti kerusakan organ. Penatalaksanaan memerlukan pemantauan yang cermat dan strategi intervensi.

Butuh bantuan? Tim kami siap membantu Anda.

Kami berharap agar kekasih dan orang terdekat Anda segera pulih.

Memulai obrolan
Kami Sedang Daring! Berbincanglah dengan kami!
Pindai kodenya
Halo,

Selamat datang di CancerFax!

CancerFax adalah platform perintis yang didedikasikan untuk menghubungkan individu yang menghadapi kanker stadium lanjut dengan terapi sel inovatif seperti terapi CAR T-Cell, terapi TIL, dan uji klinis di seluruh dunia.

Beri tahu kami apa yang bisa kami lakukan untuk Anda.

1) Pengobatan kanker di luar negeri?
2) Terapi CAR T-Cell
3) Vaksin kanker
4) Konsultasi video online
5) Terapi proton